![]() |
Ketua Divisi Sosdiklih, Parmas dan SDM KPU Sumbar, Jons Manedi |
Detaksumbar.com-Padang-Ketua Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Hubungan Partisipasi Masyarakat, dan SDM Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumatera Barat (sumbar) Jons Manedi menyampai Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan pesta rakyat lima tahun bagian momen penting dalam sebuah negara komunikasi, di mana rakyat memiliki hak suara untuk memilih pemimpin terbaik.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Pemilu kerap kali disertai dengan munculnya berbagai hoaks dan kecurangan yang dapat mengancam integritas dan kepercayaan terhadap hasil pemilu. Begitu juga dengan adanya pemilih yang golput dan politik uang (money politic).
“Tahapan selama penyelenggaraan pemilu yang bersih akan melahirkan pemimpin yang bersih. Dan diharapkan semua pihak demi pembangunan daerah menjadi lebih baik lagi. Makanya, kita (masyarakat) harus jadi pemilih cerdas, anti terhadap berita hoaks, anti golput, dan anti uang politik,” ujar Jons Manedi saat menjadi narasumber pada kegiatan Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik dengan tema “Menjadi Pemilih Cerdas dalam Pemilu 2024,” di Gedung Tro Arga, Bukittinggi pada Senin 24 Juli 2023.
Dijelaskan Jons Manedi, untuk mewujudkan pemilu yang tertib dan anti hoaks adalah memastikan bahwa proses pemilu berjalan dengan transparan dan terbuka.
Oleh karena itu, katanya, pihak penyelenggara pemilu harus menghitung dengan jelas dan terbuka tentang tahapan dan proses pemilu, mulai dari daftar pemilih hingga penghitungan suara. Hal ini dapat membantu mengurangi kesempatan bagi oknum-oknum yang ingin memanipulasi hasil pemilu.
“Pemilih yang cerdas harus anti terhadap berita hoaks yang beredar. Terlebih berita hoaks tentang penyelengaraan pemilu, contohnya ratusan ribu surat suara telah tercoblos yang memenangkan satu calon pasangan,” katanya.
Jons Manedi juga mengatakan, masyarakat memiliki peran penting dalam mewujudkan pemilu yang tertib dan anti hoaks. Masyarakat harus memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mengetahui kebenaran informasi yang mereka terima, terutama di era digital yang memungkinkan informasi menyebar dengan cepat dan mudah.
“Mari bersama-sama semua kita untuk bijak dalam menggunakan media sosial dan memperhatikan sumber informasi yang diterima, serta membantu menyebarkan informasi yang benar dan dapat dipercaya untuk mengurangi penyebaran hoax ini,” ujarnya.
Lebih jauh Jons Manedi mengatakan, mewujudkan pemilu yang tertib dan anti hoaks menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa pemilu berlangsung dengan jujur dan adil.
Untuk itu, masyarakat harus memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya memilih pemimpin yang tepat dan bagaimana memilihnya. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan dan sosialisasi, baik di tingkat sekolah maupun masyarakat umum.
“Jadi, mari bersama-sama kita menghindari ujaran kebencian, pro aktif dan respek dalam proses tahapan dan penyelengaraan pemilu. Yang tidak kalah kalah, pemilih cerdas itu tidak golput, dan menolak politik uang,” tegasnya.
Jons Manedi menambahkan, mewujudkan pemilu yang tertib dan anti hoax adalah tanggung jawab bersama semua pihak.
Penyelenggara pemilu, masyarakat, media, dan pemerintah harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pemilu berlangsung dengan jujur dan adil, serta menghindari hoaks penyebaran yang dapat mengancam integritas dan kepercayaan publik terhadap hasil Pemilu
“Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa pemilu berlangsung dengan damai dan masyarakat dapat memilih pemimpin yang dianggap terbaik untuk mewakili mereka,”pungkasnya.(r)