Orang Minangkabau Sejak Dulu Miliki Jiwa dan Budaya Berlandaskan Pancasila

Rizky
23 Oktober 2021 | 15:38:18 WIB Last Updated 2021-10-23T15:38:18+00:00
  • Komentar

Bukittinggi - Mencermati pernyataan salah satu tokoh politik nasional beberapa waktu lalu yang mengatakan 'semoga Sumatera Barat menjadi Provinsi yang memang mendukung Negara Pancasila', menjadi pembahasan seminar Fraksi PKS -MPR RI tentang Bagaimana Orang Minang Mempraktekkan Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari, di Gedung Istana Bung Hatta, Kota Bukittinggi, Sabtu, 23 Oktober 2021. 

Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah sempat membuka acara kemudian melanjutkan kunjungan kerjanya ke Pasaman. Selain itu hadir dalam acara seminar tersebut diantaranya, Anggota MPR RI Tifatul Sembiring, Budayawan Yus Datuak Parpatih, Praktisi Pendidikan sekaligus mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif, Wakil Walikota Bukittinggi, Marfendi dan sejumlah kader PKS. 

Dalam kesempatan itu, Gubernur Sumatera Barat menyampaikan bahwa selama ini orang diranah Minang tetap solid dengan pancasila bahkan orang Minang tidak bisa dipisahkan, ibarat aur dengan tebing.

    Lanjut Mahyeldi, walaupun etnis Minang di Indonesia tercatat 4% namun bisa melahirkan tokoh tokoh luar biasa, bahkan di Indonesia belum ada ditemui perkampungan orang minang karna mereka mudah menyatu. 

    Hal yang sama diungkapkan Budayawan Yus Datuak Parpatih, agar tetap istiqamah kepada Pancasila. Selain itu dirinya berpesan kepada kaum milenial bahwa sebelum ada Pancasila dinegara ini, orang Minang sudah lebih dulu Pancasilais. 

    Sementara itu, Anggota MPR RI Tifatul Sembiring menyampaikan orang Minang sudah terlihat dari 'akar' budaya dan sejarahnya yang mencerminkan kehidupan Pancasila. 

    Hal ini terbukti dari segi agama dan budaya, dengan adanya surau sebagai tempat beribadah, silsilah keturunan, nagari, sawah ladang tempat bekerja dan rumah bagonjong sebagai tempat bermusyawarah. Ini adalah bagian dari cerminan kehidupan masyarakat Minang yang berlandaskan Pancasila. 

    Lanjut Tifatul, dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab, orang Minang sangat egaliter dalam menghargai perbedaan dan pendapat. 

    Adanya Ninik Mamak, Cadiak Pandai, Alim Ulama, Anak Kamanakan, Bundo Kanduang menandakan orang Minang selalu merangkul semua unsur untuk mencari kata mufakat dalam menyelesaikan suatu permasalahan. 

    "Sebenarnya ini adalah masalah ungkapan bahasa yang tidak pas memahami secara mendalam tentang budaya Minangkabau. Orang Minang ini berfikirnya kritis, tajam selalu mengedepankan perbedaan pendapat seperti yang saya bilang namun bagi yang tidak paham dikesankan keras," ujar Tifatul. 

    Dalam kesempatan yang sama, Praktisi Pendidikan sekaligus Mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif, mengatakan secara genetik orang Minangkabau sudah memiliki pandangan yang luas dan terbuka sehingga memiliki kesanggupan untuk bertaut, berhubungan dan bisa hidup dengan segala keberagaman. 

    "Selain itu Orang Minangkabau suka merantau artinya Orang Minangkabau sudah terbiasa sejak dulu hidup dalam beragam suku, adat, agama, budaya dan tempat," katanya. (*)




    Komentar
    Komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
    • Orang Minangkabau Sejak Dulu Miliki Jiwa dan Budaya Berlandaskan Pancasila
    • 0