![]() |
Bukittinggi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, melalui Dirjen Kesehatan Masyarakat memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kota Bukittinggi pada Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia dan Pemberian Penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) berkelanjutan kepada Kabupaten/Kota, melalui zoom meeting pada hari Jumat, 15 Oktober 2021.
Hadir dalam Pemberian Penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui zoom meeting di Bukittinggi Command Center, Pemko Bukittinggi diantaranya, Walikota Bukittinggi, Erman Safar, Istri Walikota Bukittinggi, Ny. Fiona Erman Safar, Sekda Pemko Bukittinggi, Martias Wanto, Plt. Kadis Kesehatan Erwin Umar, Kabalitbang Rismal Hadi, Kadis Lingkungan Hidup Syafnir, Kadis PU Rahmat AE, Lurah Belakang Balok Reka Syahrul, Sanitarian Puskesmas Tigo Baleh Rina Wati, Ketua LPM Kelurahan Belakang Balok Djasman.
Penghargaan yang diberikan kepada Pemerintah Kota Bukittinggi diantaranya, Penghargaan STBM Award Tahun 2021 kepada Bupati/Walikota Percepatan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) Tahun 2021, ditujukan kepada Walikota Bukittinggi, H. Erman Safar.
Kategori Sanitarian terbaik Percepatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Tahun 2021, Sanitarian Puskesmas Tigo Baleh diberikan kepada Rina Wati, Amd, KL.
Kemudian kategori Lurah terbaik Percepatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Tahun 2021, Drs. Reka Syahrul, MM.
Terakhir kategori Natural Leader terbaik Percepatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Tahun 2021, diberikan kepada Ketua LPM Kelurahan Belakang Balok, Djasman S, SH.
Indikator Penilaian diantaranya,
A. ENABLING ENVIRONMENT (8 Indikator);
1. Kebijakan dan peraturan daerah.
2. Pembiayaan STBM.
3. Adanya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi.
4. Mempunyai fasilitator STBM terlatih (petugas puskesmas).
5. Dinas Kesehatan melakukan program pengembangan kapasitas/pelatihan/orientasi/pertemuan evaluasi STBM.
6. Mempunyai inovasi dalam mendorong implementasi regulasi menuju sanitasi
aman dan layak serta pengembangan 5 pilar STBM.
7. Pemantauan dan Evaluasi program STBM (yang dilakukan oleh POKJA Sanitasi).
8. Keterlibatan warga (kader,tim STBM perwakilan masyarakat) dalam inovasi
pemantauan dan evaluasi.
B. DEMAND CREATION (6 Indikator)
1. Strategi pasca pemicuan untuk mendorong percepatan ODF dan 5 pilar STBM.
2. Promosi dan kampanye perubahan perilaku melalui media (Media massa,
media sosial, media tradisional, dll )Adanya lembaga koordinasi yang
mengarusutamakan sektor sanitasi.
3. Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat atau institusi.
4. Perbandingan akses sanitasi layak dan aman dengan akses belum layak dan sharing (pilar 1).
5. Implementasi STBM keberlanjutan (5 pilar)Pemantauan dan Evaluasi program
STBM (yang dilakukan oleh POKJA Sanitasi).
6. Keterlibatan warga dalam demand creation.
C. SUPPLY (4 Indikator)
1. Mengembangkan opsi TTG Sanitasi yang sesuai kebutuhan dan Terjangkau.
2. Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi.
3. Upaya Kab/Kota dalam memastikan penyediaan akses sanitasi aman.
4. Pemda mendorong/inisiatif dalam pengembangan pembiayaan untuk
kebutuhan sanitasi melalui swasta, mikrofinance atau masyarakat.
5. Pembinaan dan pelatihan wirausaha sanitasi dan pilar STBM lainnya. (*)