![]() |
Foto: Pelanggan Rinai Konveksi |
Agam - Tradisi ketrampilan menyulam di wilayah Koto Gadang adalah tradisi yang telah berkembang sejak ratusan tahun lalu. Tradisi turun temurun ini selalu diwariskan oleh para orangtua kepada anak perempuannya hingga saat sekarang.
Dalam pandangan adat minang, seorang perempuan dipandang terhormat jika peralatan yang dipakai saat menikah lengkap, seperti selendang adalah hasil sulaman sendiri. Selendang bersulam Koto Gadang merupakan bagian kelengkapan pakaian adat.
Untuk itu, kata Pemilik Rinai Konveksi, Uncu Lamiak, warisan tradisional inilah yang selalu kita tumbuh kembangkan agar tidak punah di ranah minang. Tradisi kerajinan Koto Gadang tersebut ada di Rinai Konveksi diantaranya, Baju Basiba, Baju Kuruang Stelan, Baju Abaya, Baju Gamis, Salendang Sulaman dan atau Bordiran Koto Gadang.
Sulaman Koto Gadang adalah teknik kerajinan tangan menghias kain dengan benang yang dikerjakan secara tradisional oleh masyarakat Koto Gadang, salah satunya berada nagari di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Sulaman dihasilkan dengan cara membentuk jalinan benang di atas kain yang diwariskan secara turun-temurun. Pengerjaannya sama sekali tidak menggunakan teknologi mesin, melainkan menggunakan peralatan sederhana dan bergantung pada keterampilan tangan.
Penyebutan sulaman terkadang disamakan dengan bordir karena memiliki persamaan. Perbedaannya terletak pada hasil dan cara pengerjaannya. Menurut Ernatip, Peneliti Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Padang, penyebutan bordir di Minangkabau identik dengan sebuah kain yang memiliki hiasan yang dibuat oleh teknologi mesin, sedangkan apabila hiasan dikerjakan dengan keterampilan tangan maka lebih dikenal dengan sebutan sulaman. Baik sulaman maupun bordir masih tetap eksis dalam masyarakat Minangkabau sebagai salah satu warisan masa lampau. (Wikipedia,red)
Menurut Uncu, pada Rabu, 6 Juli 2022 di Gerai Rinai Konveksi menambahkan, standar mutu dan kualitas produk sulaman atau bordiran Rinai Konvensi teruji, dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya dari teknis pengerjaannya dan itu yang selalu kita jaga sampai sekarang.
Lanjut Uncu, perkumpulan atau komunitas Bundo Kanduang telah banyak menggunakan produk Rinai Konveksi di beberapa kegiatan sosial budaya maupun perhelatan adat, diantaranya pada saat acara Gebu Minang di Padang, Ikatan Keluarga Minang di Tangerang Selatan, Ikatan Keluarga Minang Saiyo di Bali, Komunitas Baju Kuruang Basiba di Bukittinggi.
Gerai Rinai Konveksi berada di Jl. Jawi Jawi Kapalo Banto No. 271, Nagari Ampang Gadang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 26134.
"Untuk 1 jenis produk saja bisa memakan waktu minimal selama 15 sampai 30 hari. hasil ketrampilan sulaman biasanya menggunakan tenaga manusia sementara bordiran menggunakan tenaga mesin," tambah Uncu.
Ada 2 cara produksi Rinai Konveksi diantaranya menggunakan metode suji caia manual dengan tampilan 2 dimensi, sementara untuk bordiran menggunakan metode suji caia biasa (dengan menggunakan teknologi komputer).
Rata-rata selendang produksi Rinai Konveksi itu panjangnya 2 meter dan lebar 60 cm. Ada motif 2 dimensi artinya, motif bordirannya bolak balik atau timbul di dua sisi. Termasuk motif rendanya-pun beragam serta warna benang renda, ada yang warna tembaga, emas dan ada juga warna yang sama dengan bahan selendang.
Selain itu, kata Uncu, perbedaan yang sangat menonjol hasil produksi kita terlihat dari kepadatan dan kerapian sulaman atau bordiran seluruh produk. Kualitas produk juga dapat dilihat dari tingkat kerumitan motif sulaman atau bordiran, ragam warna benang bordiran serta ragam motif renda.
"Kalau berkaitan dengan motif bunga terdiri dari bermacam warna benang, metode jahitnya ada yang 3 turunan benang dan 4 turunan benang. Semua bahan kain kita juga beragam, ada jenis American Sutra Woll, Titanium kilat, Wolfis organdi, Organza kristal," jelas Uncu.
Namun demikian ketika Jurnalis detaksumbar.com bertanya, apakah dirinya keberatan jika ada pelanggan yang hanya sebatas lihat-lihat saja? Uncu Lamiak mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan sama sekali jika ada pelanggan yang sekedar cuci mata atau bahkan hanya sebatas survei.
"Silahkan datang, lihat beragam produk kita. Tapi biasanya yang namanya pelanggan kita rata-rata tau kualitas barang, yang tadinya tidak ada beli akhirnya belanja juga, karena produk kita mengedepan mutu atau kualitas," jawab Uncu senang.
"Kita memiliki data survei kecil-kecilan berdasarkan seluruh pelanggan yang telah membeli di Rinai Konveksi dan membuktikan bahwa pelanggan kita yang tersebar di pelosok Indonesia puas dengan hasil produksi Rinai Konveksi," tegas Uncu Lamiak.
Akhir wawancara, kata Uncu, makanya tidak sedikit kaum bundo kanduang dari kalangan sosialita di dalam maupun di luar Minangkabau selalu repeat order. Produk kita sudah tersebar dihampir seluruh provinsi di Indonesia. (*)