![]() |
Bukittinggi - Politik merupakan suatu usaha untuk mewujudkan kebaikan bersama dengan menggunakan gagasan. Lain halnya dengan politik identitas yang yang merupakan strategi yang memfokuskan kepada sebuah perbedaan yang mengahasilkan perpecahan.
Hal tersebut disampaikan oleh M. Ridwan, salah satu peserta aksi dari kelompok Gerakan Peduli Demokrasi yang berlangsung di pelataran Jam Gadang, pada Sabtu sore, 3 Desember 2022.
Dalam orasinya menyampaikan bahwa Wujud politik identitas dalam bentuk yang nyata salah satunya adalah dengan jualan ayat. Mengkafirkan sesama ummat beriman hanya untuk kepentingan kekuasaan. Akibatnya, sesama anak bangsa saling baku hantam.
Strategi tersebut di gunakan untuk para elite politik yang sebenarnya tidak mempunyai gagasan. Atmosfer politik identitas sudah di rasakan pada pemilu sebelumnya. Pemilu adalah momentum untuk mencerdaskan seluruh komponen bangsa. Maka gagasan dan program rasional dan matang yang perlu dikampanyekan. Ingat, negeri ini dibangun dengan gagasan! Bukan dengan identitas SARA.
Sementara itu, anggota lain Gerakan Peduli Demokrasi, M. Afif Alfikri menyuarakan bahwa Urgensi dalam politik identitas jelas bahwa dari politik tersebut membuat jurang yang begitu curam antar sesama warga negara sehingga dapat menggoyahkan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Tentu sebagai warga negara yang menginginkan sebuah perdamaian sebuah edukasi politik yang mencerahkan dan kehangatan dalam hubungan warga negara.
Bahwa sesungguhnya jelas Gerakan Peduli Demokrasi masih sadar akan bahayanya politik identitas tersebut di kemudian hari. Sudah saatnya ini dihentikan. Rakyat jangan mau diadu domba hanya untuk kepentingan kekuasaan. (*)