![]() |
Foto: Kuliah umum peluang belajar dan kerja di Australia, di gedung Universitas Fort de Kock, Bukittinggi. |
Bukittinggi - Untuk kali kedua, praktisi pendidikan asal Negara Australia, Vicki Richardson kembali berkunjung ke Universitas Fort de Kock, Kota Bukittinggi.
Dalam kesempatan ini, selaku pemerhati dan pelaku pendidikan, Vicky menyampaikannya berbagai macam informasi, pengalaman, peluang dan formasi kerja di Negara Australia dalam Kuliah Umum Peluang dan Formasi Kerja di Australia, di aula lantai 3, Universitas Fort de Kock, Kota Bukittinggi.
Hadir dalam acara tersebut diantaranya, Praktisi Pendidikan Indonesia-Australia, Gusrizal, Calon Mahasiswa Australia, Fajar, Dosen Universitas Fort De Kock, Novi Wulan Sari dan Vicki Richardson.
Vicki Richardson mengatakan ada hal yang paling mendasar untuk bisa belajar atau bekerja di Australia, yakni harus memahami bahasa Inggris.
"Banyak cara yang bisa kita pelajari untuk memahami bahasa Inggris, mulai dengan cara mendengar, membaca, menulis bahasa Inggris dengan sesama teman atau orang yang lebih memahami bahasa Inggris," kata Vicki, pada Rabu, 10 Agustus 2022.
Selain memahami bahasa Inggris, masih banyak lagi prosedur yang harus dipenuhi oleh mahasiswa atau masyarakat Indonesia untuk bisa belajar atau bekerja di Australia.
Selain itu kata Vicki, ada beragam penawaran belajar bahkan beasiswa yang diberikan Negara Australia. Semua hal itu terlaksana atas kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia.
Namun demikian, untuk bisa belajar di beberapa universitas di Australia, sebagai mahasiswa setidaknya harus dibekali bahasa Inggris dengan memiliki nilai IELTS yang bagus.
International English Language Testing System (IELTS) merupakan sebuah tes yang dilakukan guna menguji kemampuan untuk membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara bahasa Inggris.
Berikut link website beasiswa yang ada di Negara Australia: https://lnkd.in/gUrFs2dj atau https://www.australiaawardsindonesia.org/
Dalam kesempatan yang sama, Praktisi Pendidikan Indonesia-Australia, Gusrizal menambahkan, Pemerintah Australia telah resmi membuka beasiswa G20 'Recover Together, Recover Stronger' untuk generasi pemimpin global dari Indonesia. Pendaftaran beasiswa G20 bisa dilakukan secara online pada tahun ini untuk mengikuti studi yang dimulai di Australia pada tahun 2023.
Sementara itu, untuk mengembangkan usaha, bisnis atau kerja, pemerintah Indonesia-Australia telah melakukan kerjasama dalam bentuk Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
IA-CEPA diyakini juga dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan masyarakat kedua negara dan dalam konteks mendorong upaya pemulihan ekonomi di tengah masa pendemi Covid-19.
IA-CEPA menjadi perlindungan dan fasilitas investasi bagi investor di kedua negara ini terutama di sektor infrastruktur, energi, pariwisata, pengolahan makanan, pendidikan tinggi, dan pengembangan teknologi. (*)