![]() |
Foto: Sawah kering akibat musim kemarau di Nagari Kamang Mudiak, Kab. Agam. |
Agam - Prediksi, ribuan hektar sawah di wilayah Kamang mengalami gagal tanam dan gagal panen akibat musim kemarau di pertengahan tahun 2022. Akibat peristiwa tersebut sebagian besar petani mengalami kerugian finansial yang cukup besar jelang dan pasca musim kemarau berakhir.
Peristiwa gagal tanam dan gagal panen ini sebelumnya sudah disadari oleh sebagian petani akibat datangnya musim kemarau di pertengahan tahun. Rata-rata sebagian besar petani di wilayah ini, pengairan sawahnya mengandalkan air hujan. Sehingga sawah dan perkebunan di wilayah Kamang dikenal dengan lahan sawah tadah hujan.
Wilayah Kamang terdiri dari 2 Kecamatan yakni, Kecamatan Tilatang Kamang dan Kamang Magek di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Kecamatan Kamang Magek memiliki luas wilayah sebesar 99,60 KM2, terdiri dari 3 nagari, yaitu, Nagari Kamang Hilir, Nagari Kamang Mudik, dan Nagari Magek dengan jumlah penduduk sekitar 20.000 jiwa. Kecamatan Kamang Magek berbatasan sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Limapuluh Kota, sebelah selatan dengan Kecamatan Tilatang Kamang, sebelah barat dengan Kecamatan Palupuh sebelah timur dengan Kecamatan Baso.
Sementara Kecamatan Tilatang Kamang memiliki luas wilayah sekitar 105,90 KM2. Terletak +850 meter diatas permukaan laut. Suhu rata-rata 19-22 derjat celcius dengan curah hujan H.2304 mm 1569. Jumlah penduduk di Kecamatan Tilatang Kamang sebanyak 51.326 jiwa yang tersebar di 3 Nagari yaitu, Nagari Gadut, Nagari Kapau, Nagari Koto Tangah. (Red Pemkab Agam)
Salah seorang petani di Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Nasrul St. Muncak mengatakan bahwa pada musim kemarau memang banyak petani yang mengalami gagal tanam dan gagal panen.
Tambah Muncak, rata-rata penghasilan penduduk asli disini umumnya di Kamang itu bertani, berkebun atau berternak. Meskipun ada juga yang berdagang, lalu ada juga yang merantau ke negeri seberang.
"Musim kemarau tiba, memang sudah diketahui oleh para petani sawah dan petani kebun di seputar wilayah Nagari Kamang Mudiak. Biasanya musim kemarau itu berlangsung dari bulan Juni hingga bulan Agustus," katanya.
Lanjut Muncak, paling pada bulan September baru kami bisa memulai aktivitas lagi, tetapi sekiranya musim kemarau ini panjang biasanya warga sekitar melakukan sholat istisqa atau sholat minta hujan.
Akhir wawancara, Muncak menambahkan, meskipun ada drainase yang membantu pengairan sawah disekitar wilayah Kamang Mudiak, namun jika air hujan tidak turun tidak juga ada manfaatnya, air bandanya juga ikut kering artinya tidak berfungsi, kecuali ada bendungan.
"Kebanyakan kami sifatnya menunggu hingga musim hujan tiba. Selama itu tidak ada aktivitas petani, dan jarang dari kami yang beralih profesi. Yang jelas tidak memiliki penghasilan, dan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari mengandalkan sisa yang ada dirumah, kalau tidak cukup ya berhutang," ujarnya. (*)