Benarkah Siapapun Yang Menang, Kita Akan Begini-Begini Saja?

Rizky
25 Oktober 2023 | 11:09:25 WIB Last Updated 2023-10-25T11:09:25+00:00
  • Komentar
Foto: Karikatur istimewa tentang pemilihan umum.

Tidak lama lagi perhelatan kedaulatan rakyat yang dikenal dengan Pemilu akan berlangsung di Tahun 2024. Ungkapan kata 'Siapapun Yang Menang, Kita Akan Begini-Begini Aja' acap kali terdengar di tengah masyarakat jelang Pemilu.  


Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 


    Namun sekali lagi, sayup-sayup ucapan itu terdengar di tengah masyarakat bahwa siapapun Presidennya/Pemimpin Negara, Kepala Daerah, Anggota DPRD, Anggota DPR RI terpilih atau yang menang, nasib kita akan begini-begini saja.


    Apakah kata-kata ini menarik perhatian, belum tentu juga karena kesannya sepele, dan tidak memiliki makna yang mendalam bagi yang tidak berkepentingan. 


    Namun jika kita mengkaji tentang ucapan ini, bahwa ucapan tersebut adalah manifestasi dari rasa kekecewaan masyarakat atas kepercayaan yang diberikan saat pesta demokrasi yang lalu. Perwujudan suatu pernyataan perasaan dan pendapat, atau perwujudan dan bentuk dari sesuatu yang tidak terlihat dari pemilu sebelumnya. 


    Sehingga bagi masyarakat yang merasa, kepercayaan yang sudah diberikan mulai luntur dan berakibat dengan rasa kecewa setelah dirinya menjadi warga negara Indonesia yang baik dalam mensukseskan pesta demokrasi. 


    Padahal, kepercayaan itu adalah mandat, yang bisa diberikan dan bisa juga dicabut dari seseorang yang dipercaya. Atas kepercayaan itulah masyarakat berharap kepada calon-calon pemimpin terpilih akan terjadi sebuah perubahan dan peningkatan kesejahteraan diberbagai bidang, baik dibidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. 


    Dalam politik, mandat adalah wewenang yang diberikan masyarakat dari daerah pemilihan kepada individu, partai, atau lembaga untuk bertindak sebagai perwakilan mereka. Permasalahan itu sangat terasa pengaruhnya sejak pemilihan langsung di era reformasi. Seolah-olah masyarakat hanya sekedar dipandang sebagai objek perolehan suara kemenangan. Padahal masyarakat adalah subyek-nya dari pemilu. 


    Ada banyak faktor yang mengakibatkan kepercayaan masyarakat semakin luntur, diantaranya mengenai proses pemilihan umum yang secara langsung, umum, bebas, rahasia, yang terkesan tidak jujur, dan tidak adil. 


    Lalu, faktor lunturnya kepercayaan itu juga datang dari partai politik itu sendiri yang tidak optimal dan maksimal menyiapkan masyarakat untuk memahami tentang politik. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang tidak memahami tentang masalah politik.


    Foto: Ilustrasi pemilu 


    Memang tidak mudah mengembalikan rasa atau meningkatkan kepercayaan masyarakat. Namun sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri maka solusinya adalah bergotong royong. 


    Bergotong royong dalam mencapai suatu kebaikan, diantaranya, ikut melakukan sesuatu yang baik, berpartisipasi dalam pemilihan calon legislatif, calon presiden dan calon wakil presiden. Setidaknya dengan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi pada tahun 2024 yakni ikut memilih yang baik diantara yang buruk. 


    Tidak bergotong-royong dalam memprakarsai transaksi 'jual beli suara' di pemilu mendatang dengan sistim ijon (belum jelas hasilnya tetapi kita sudah panen duluan). Contohnya, memprakarsai penyerahan sembako, studi banding, jalan-jalan keluar daerah, makan-makan di rumah makan, bagi-bagi uang, seakan-akan masyarakat butuh mengapungkan nama salah satu calon. 


    Ingat, jangan korbankan nilai suara kita selama 5 tahun kedepan hanya dengan penyerahan sembako, studi banding, jalan-jalan keluar daerah, makan-makan di rumah makan, bagi-bagi uang dari para calon wakil rakyat dan calon pemimpin. 


    Maka, indikator untuk memilih dan mendapatkan calon wakil rakyat atau memilih pemimpin yang baik dan memiliki potensi diantaranya adalah orang yang memiliki rekam jejak keluarga yang baik, rekam jejak sosial dimasyarakat yang baik, rekam jejak pendidikan yang baik, rekam jejak pengalaman yang baik, serta rekam jejak akhlak yang baik. 


    Untuk itu, sebelum kita menetapkan hati memilih yang baik diantara yang buruk, harus lebih dahulu mengenal pribadi dan karakter calon wakil rakyat atau calon pemimpin. Sehingga masyarakat tidak harus ragu lagi dengan ucapan 'Siapapun Yang Menang, Kita Akan Begini-Begini Saja' di tengah-tengah masyarakat. 


    Opini : Praktisi Politik dan Tokoh Masyarakat Kota Bukittinggi, Tasmon. 

    Komentar
    Komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
    • Benarkah Siapapun Yang Menang, Kita Akan Begini-Begini Saja?
    • 0