![]() |
Foto: Aksi damai perkumpulan jurnalis Bukittinggi-Agam kecam Walikota. |
Bukittinggi - Menyikapi pernyataan Walikota Bukittinggi, Erman Safar berdasarkan video tentang tidak pernah meminta wartawan dari awal terkait kasus dugaan inses untuk diberitakan, gabungan Jurnalis Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat menggelar aksi damai.
Sebelumnya, aksi ini digelar di dua tempat yakni di depan rumah dinas Walikota Bukittinggi dan di Taman Jam Gadang dengan membentangkan spanduk bertuliskan pernyataan sikap.
Menurut salah seorang Jurnalis, Rizky Rajo Intan, mengatakan bahwa prihatin dan keberatan dengan pernyataan Walikota Bukittinggi seolah membatasi kerja Jurnalis. Walikota Bukittinggi seakan hanya ingin wartawan bekerja membuat berita kalau diminta.
"Artinya Walikota Bukittinggi tidak paham peran dan fungsi pers. Wartawan atau jurnalis itu diminta atau tidak diminta, diundang atau tidak diundang, tidak ada yang boleh membatasi kerjanya selama masih dalam koridor kepentingan publik dan mengungkap kebenaran," tegasnya pada Jumat, 30 Juni 2023.
Seperti yang dilansir dibeberapa media, Ia mempertanyakan video singkat Walikota Bukittinggi, Erman Safar saat memberikan klarifikasi terkait pengungkapan kasus dugaan inses (hubungan sex menyimpang).
"Kami menilai Walikota seolah menyalahkan Jurnalis untuk mengambil berita, masa iya harus diminta dulu, minta ijin dulu untuk acara sosialisasi yang jelas untuk kepentingan publik," kata dia.
Ia mengatakan apapun yang disampaikan kepala daerah di hadapan masyarakat harus bisa dipertanggungjawabkan ke publik.
"Artinya apapun yang disampaikan Kepala Daerah akan menjadi sumber berita bagi Jurnalis, jangan membatasi lagi kerja Jurnalis, karena kami bekerja ada aturan sesuai UU Pers Nomor 40 tahun 1999," tegasnya.
Hal yang sama disampaikan oleh Jurnalis Iing Caiang bahwa Walikota Bukittinggi sudah melukai hati Jurnalis yang bekerja memiliki kode etik dan bekerja sesuai UU Pers.
"Kami ini tergabung dari berbagi perkumpulan wartawan sehingga kami paham sekali kalau bekerja ada etika. Kalau seperti ini yang diucapkan Walikota maka kami menganggap Walikota sudah melukai hati para Jurnalis atau Wartawan yang bekerja sebagai kontrol sosial," ucapnya.
Sementara itu Jurnalis lainnya, Fadli Reza berharap Walikota dapat belajar dari kesalahan dan bersedia meminta maaf secara terbuka kepada wartawan.
"Kami harap Wako meminta maaf secara terbuka agar pernyataan sikap ini diketahui secara umum oleh seluruh pihak," katanya.
Sebagai informasi, aksi ini berawal dari video pengaduan dari Erman Safar yang berdurasi 2 menit 58 detik yang diunggah pada hari Selasa (27/06), sebelum jumpa pers.
Berikut ini keterangan Walikota Bukittinggi, Erman Safar;
"Saya sampaikan semua, lalu kemudian viral, itu di luar sepengetahuan kami, dan kami tidak pernah meminta wartawan dari awal kami menemukan perbuatan penyimpangan ini untuk diberitakan," kata Erman dalam videonya. (*)